Institut Teknologi Sawit Indonesia (ITSI) merupakan kampus transformasi dari STIP-AP (Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan) yang sudah banyak menghasilkan lulusan sarjana di bidang perkebunan kelapa sawit. Alumni Institut Teknologi Sawit Indonesia (ITSI) sudah banyak tersebar di berbagai perusahaan perkebunan nasional baik swasta maupun BUMN (Holding Perkebunan Nusantara)
Indonesia merupakan negara subur dengan alamnya yang berlimpah baik di sektor pertanian maupun perkebunan. Kelapa sawit menjadi komoditas pertanian andalan Indonesia dan dapat diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO). CPO memiliki kontribusi untuk total ekspor komoditas Indonesia. Sementara itu, pada tahun 2020, terjadi penurunan volume ekspor CPO dari 30,22 Juta Ton menjadi 27,63 Juta Ton yang dapat ditunjukkan pada grafik. Apakah nilai tukar dan harga memiliki pengaruh terhadap volume ekspor CPO?
Pangsa pasar hasil pertanian hidroponik yang besar menjadi peluang bagi para petani untuk bisa menyediakan dan menjual hasil panen mereka. Namun hal itu juga sekaligus memberikan tantangan bagi petani karena pasar membutuhkan jaminan supply hasil panen yang berkualitas dan kontinyu. Adapun faktor penentu hasil panen hidroponik salah satunya adalah terjaminnya nutrisi dan terkontrolnya parameter fisika kimia. Selama ini paramater-parameter tersebut dikontrol secara manual sehingga sulit untuk mendapatkan hasil yang akurat dan presisi. Oleh sebab itu, dibuatlah smart farming berbasis IoT ini. Apakah cara ini efektif?
Strategi seperti Peningkatan Pemulihan Minyak (EOR), Peningkatan Pemulihan Gas (EGR), dan Penyimpanan dan Pemanfaatan Karbon (CCUS) menjadi fokus utama dalam mengurangi emisi. Kolaborasi regional dan infrastruktur CCS/CCUS penting dalam mencapai tujuan energi bersih Indonesia. Komitmen pemerintah dalam implementasi CCS dan CCUS mengenai hal regulasi telah tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM No. 2 Tahun 2023. Lalu, bagaimana kelanjutannya?
Teknologi blockchain menawarkan solusi inovatif untuk meningkatkan transparansi, efisiensi, dan keamanan dalam sektor pertanian. Studi kasus pada rantai pasok produk organik mengungkapkan bahwa blockchain memungkinkan konsumen memverifikasi asal produk, meningkatkan kepercayaan, dan membantu petani mendapatkan harga yang lebih baik. Integrasi blockchain dengan Internet of Things(IoT) dan kecerdasan buatan (AI) juga menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Namun, tantangan utama seperti kurangnya pengetahuan petani dan biaya implementasi yang tinggi perlu diatasi melalui pelatihan, dukungan teknis, dan kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta. Lantas, masihkah Blockchain bisa digunakan untuk pertanian?