Carbon Capture and Storage merupakan proses menangkap karbon dioksida (CO2) dari sumber yang beremisi besar seperti pembangkit tenaga listrik, industri atau bahkan perkebunan sawit besar, dan kemudian dapat menyimpan di bawah tanah pada tempat yang aman, jauh dari atmosfer. Teknologi ini memiliki tujuan yaitu untuk dapat mengurangi jumlah CO2 yang terlepas ke udara, yang bisa memperburuk perubahan iklim.
CCS terbukti efektif dalam menangani proses emisi industri besar, akan tetapi bagaimana jika teknologi ini bisa diterapkan dalam industri perkebunan sawit? Sebagai salah satu penghasil emisi terbesar di dunia, sektor ini bisa dimanfaatkan CCS untuk mengurangi jejak karbonnya serta dapat menjadikan industri sawit lebih berkelanjutan.
Perkebunan kelapa sawit, khususnya yang bertempat di negara-negara tropis seperti di wilayah Indonesia merupakan salah satu kontributor utama emisi karbon, baik dari deforestasi yang terjadi saat proses pembukaan lahan, maupun dari pembakaran hutan serta lahan untuk membuka perkebunan. Meskipun demikian industri ini juga menawarkan manfaat ekonomi yang sangat signifikan, tantangan lingkungan yang harus dihadapi tidaklah dapat diabaikan.
CCS dapat menjadi sebuah kunci untuk memperbaiki keadaan ini, dengan menangkap CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas perkebunan kelapa sawit, seperti penggunaan pupuk serta bahan kimia yang bisa menghasilkan emisi, dan pembakaran biomassa, CCS bisa mengurangi dampak negatif industri terhadap perubahan iklim. Tidak hanya itu, teknologi ini juga dapat membantu mengimbangi emisi yang berasal dari pembukaan lahan yang selama ini menjadi sumber masalah utama dalam sektor sawit.
Implementasi Carbon Capture and Storage (CCS) dalam industri perkebunan kelapa sawit melibatkan:
Penggunaan CCS dapat membantu menangkap gas rumah kaca seperti CO2 yang dihasilkan oleh penggunaan pupuk yang berbahan kimia serta pembakaran biomassa, setelah itu proses penyimpanannya di formasi geologi aman untuk waktu jangka yang panjang.