Carbon Capture and Storage (CCS) adalah teknologi yang berpotensi besar untuk membantu sektor perkebunan mengurangi jejak karbonnya. Di sektor perkebunan, CCS berkontribusi pada target global net zero emissions. Dengan meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim dan kebutuhan untuk mencapai target global net zero emissions, penerapan CCS dalam sektor ini menjadi semakin relevan.
Perubahan iklim menjadi salah satu tantang besar didunia saat ini, dimana efek dari emisi karbon seperti rumah kaca, pembakaran bahan bakar fosil, dan perubahan penggunaan lahan. Kegiatan ini menyebabkan meningkatkan gas karbon dioksida (CO₂).
Salah satu solusinya adalah Carbon Capture and Storage (CCS) yang merupakan teknologi yang semakin penting dalam mitigasi perubahan iklim, khususnya di sektor pertanian dan perkebunan. Tujuan dari teknologi ini adalah untuk menangkap karbon dioksida (CO₂) yang dikeluarkan dari berbagai sumber, seperti pembangkit listrik dan industri, dan menyimpannya di bawah tanah ataupun kelaut dengan kedalaman tertentu agar tidak terlepas ke atmosfer.
Proses CCS terjadi melalui tiga tahap yaitu:
CO₂ ditangkap melalui berbagai metode, seperti penyerapan kimia, adsorpsi, dan pemisahan membran.
Setelah ditangkap, CO₂ dikompresi dan diangkut melalui pipa atau kapal tanker ke lokasi penyimpanan yang aman.
CO₂ disimpan dalam formasi geologi di bawah permukaan bumi, seperti sumur minyak tua dan akuifer garam , untuk mencegah kembali ke atmosfer.
Perkebunan kelapa sawit seringkali menjadi sumber emisi yang signifikan akibat membakar lahan untuk membuat perkebunan dan proses produksi sehingga berpotensi untuk berpartisipasi dalam perdagangan emisi melalui sistem CCS.
Perkebunan kelapa sawit bertindak sebagai penyerap karbon melalui fotosintesis, menyerap sekitar 161 ton CO₂ per hektar dan dapat menyimpan bersih 64,5 ton CO₂ per hektar. Hal ini akan mengubah perkebunan kelapa sawit menjadi “perkebunan karbon” dan membantu mengurangi emisi global.
Penemuan teknologi & manajemen yang baik, karbon stok pada perkebunan sawit bisa ditingkatkan. Misalnya, integrasi agroforestry atau penggunaan biochar limbah kelapa sawit bisa menaikkan kapasitas penyimpanan karbon.
Dengan penggunaan teknologi yang lebih efisien dalam proses produksi minyak sawit, emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dapat diminimalkan. Hal ini penting karena proses manufaktur saat ini menghasilkan emisi yang sangat tinggi
Dengan memanfaatkan potensi penyimpanan karbon & menerapkan praktik terbaik pada manajemen kebun, sektor perkebunan sawit Indonesia mempunyai peluang untuk berkontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca. Upaya kolaboratif antara pemerintah, industri, dan masyarakat dalam mengatasi tantangan dan memaksimalkan potensi CCS pada Indonesia. Dengan demikian, perkebunan sawit tidak hanya berfungsi sebagai potensi ekonomi namun juga solusi upaya dunia melawan perubahan iklim.